Gambar diambil dari :
http://topnews.in/light/files/3-idiots-19d.jpg
Topic starter : Jumat, 16 April 2010 (10:29 am)
Dipikir2, gua jaraaang ya ngebahas film di blog ini, hahaha, abis gimana yaa? Susah ternyata bikin review sebuah film, hihihi.. mana gua kebanyakan itu nyeritain jalan cerita filmnya, wakakakak :p
Anywayy.. semalam gua nonton film India yang sempat jadi perbincangan beberapa waktu lalu, yang sempat menghebohkan Bollywood karena memecahkan rekor dengan angka penjualan yang fantastis, sebelon akhirnya disalip oleh "My Name is Khan", huehehehe..
Film yang gua tonton ini belon tuntas ampe akhirnya karena menjelang akhir itu filmnya tersendat2, aiihh.. kaga enak buat ditonton jadi gua matiin aja dhe dvd-nya, tapi dari yang udah gua tonton itu cukup banyak yang bisa dipelajari.
Seperti misalnya kritik Rancho terhadap sistem pendidikan yang lebih mengutamakan hafalan dibanding pengertian yang mengubah manusia menjadi ngga jauh berbeda dengan sebuah mesin fotokopi yang hanya mentransfer teori yang ada di buku tanpa benar2 mengerti akan apa yang sedang mereka pelajari.
"Hidup adalah sebuah perlombaan! Harus jadi nomor satu karena ngga akan ada yang mengingat nomor dua!", begitu prinsip yang seringkali didengungkan oleh sang direktur sekolah yang mempunyai panggilan akrab sebagai "Virus", julukan yang diberikan oleh para siswa yang menimba ilmu di ICE.
Selama 32 tahun mengajar tidak ada perubahan yang berarti dalam sistem pengajaran yang kaku yang membuat tingkat bunuh diri meningkat karena tekanan terhadap siswa yang mana sang pengajar bukannya mengeluarkan yang terbaik dalam diri tiap siswa tapi mempermalukan mereka yang dianggap tidak mampu.
Hati batu sang direktur sekolah pulalah yang menyebabkan anak laki satu2nya dalam keluarganya memutuskan untuk bunuh diri dan prinsip tangan besi tanpa toleransi yang diterapkannya membuat seorang siswa tingkat akhir yang gagal mendapatkan toleransi waktu dalam menyelesaikan tugas akhirnya, memilih untuk gantung diri karena merasa telah mengecewakan sang ayah yang berharap banyak padanya.
Sang direktur juga memberi tekanan pada Raju untuk mengeluarkan Rancho dari ICE. Raju yang tidak bisa memilih antara dirinya yang dikeluarkan dari sekolah dengan resiko bisa membuat meninggal ayahnya yang sedang sakit2an atau mengkhianati Rancho yang selama ini selalu baik padanya, akhirnya memutuskan untuk lompat keluar jendela dari ruangan direktur itu.
Beruntung nyawa Raju masih terselamatkan.
Rancho. Rancho. Rancho.
Yang sejak awal kehadirannya udah menimbulkan kehebohan karena menolak perploncoan dan balik mengerjai sang senior.
Rancho, yang membiarkan pikirannya mengembara di luar kotak yang selama ini ada. Membebaskan dirinya untuk ngga terpaku akan segala macam teori tanpa praktek dan malah langsung menerapkannya kapanpun dan di manapun.
Rancho, yang membantu Farhan untuk memberanikan diri mengatakan pada sang ayah bahwa hasratnya bukanlah di bidang machine tapi keinginannya adalah menjadi fotografer hewan liar.
Ada adegan yang menyentuh ketika Farhan mengungkapkan pada sang ayah bahwa ia ngga mau meneruskan pendidikannya yang udah memasuki tingkat akhir karena ia mendapat tawaran dari fotografer idolanya untuk menjadi asisten pribadinya.
Sang ayah marah2 karena apa yang akan orang katakan nanti! Farhan bilang dia ngga peduli apa kata orang, tapi dia butuh dukungan dari sang ayah.
Ayahnya bilang 5 tahun dari sekarang mungkin Farhan akan menyesali keputusannya karena teman2nya mempunyai rumah yang lebih besar dan mobil yang lebih bagus.
Farhan menjawab bahwa lebih baik dia mengutuki dirinya akan keputusannya itu daripada menghabiskan sisa hidupnya mengutuki sang ayah karena ngga mengijinkannya menjalankan hidup sesuai dengan keinginannya.
"Dad, 5 tahun lagi mungkin aku hanya bisa punya rumah yang kecil, mobil yang biasa aja, tapi setidaknya aku bahagia, bukankah itu yang lebih penting?"
Sang ayah hanya diam dan kemudian masuk ke kamar dan menatap laptop baru yang dibelikannya untuk sang anak sebagai hadiah atas interview kerja yang seharusnya dijalaninya pada hari itu.
Sang ayah berkata, "Lebih baik kita kembalikan laptop ini dan uangnya bisa digunakan untuk membeli kamera profesional, kalo uangnya masih kurang, kamu bilang aja nanti akan ayah tambahkan."
Dan mereka berdua berpelukan sambil bertangis2an.
Huaa.. adegan ini bikin terharu, huhuhu..
Berapa banyak orangtua yang memaksakan kehendaknya? Bahkan sejak anaknya baru pertama kali menghirup udara di dunia ini, jalan hidupnya udah dirancang sedemikian rupa oleh sang orangtua dan anak sama sekali ngga boleh membantah?
Hmm.. let's see, apalagi yaa?
Sementara, itu yang paling berkesan, mungkin nanti kalo gua tonton ulang akan gua tambahin lagi dhe, atau mungkin ngga, hahaha..
Kalo belon nonton, selamat menikmati film yang satu ini ;)
Topic ended : Jumat, 16 April 2010 (10:57 am)
-Indah-
the soul traveller
Dipikir2, gua jaraaang ya ngebahas film di blog ini, hahaha, abis gimana yaa? Susah ternyata bikin review sebuah film, hihihi.. mana gua kebanyakan itu nyeritain jalan cerita filmnya, wakakakak :p
Anywayy.. semalam gua nonton film India yang sempat jadi perbincangan beberapa waktu lalu, yang sempat menghebohkan Bollywood karena memecahkan rekor dengan angka penjualan yang fantastis, sebelon akhirnya disalip oleh "My Name is Khan", huehehehe..
Film yang gua tonton ini belon tuntas ampe akhirnya karena menjelang akhir itu filmnya tersendat2, aiihh.. kaga enak buat ditonton jadi gua matiin aja dhe dvd-nya, tapi dari yang udah gua tonton itu cukup banyak yang bisa dipelajari.
Seperti misalnya kritik Rancho terhadap sistem pendidikan yang lebih mengutamakan hafalan dibanding pengertian yang mengubah manusia menjadi ngga jauh berbeda dengan sebuah mesin fotokopi yang hanya mentransfer teori yang ada di buku tanpa benar2 mengerti akan apa yang sedang mereka pelajari.
"Hidup adalah sebuah perlombaan! Harus jadi nomor satu karena ngga akan ada yang mengingat nomor dua!", begitu prinsip yang seringkali didengungkan oleh sang direktur sekolah yang mempunyai panggilan akrab sebagai "Virus", julukan yang diberikan oleh para siswa yang menimba ilmu di ICE.
Selama 32 tahun mengajar tidak ada perubahan yang berarti dalam sistem pengajaran yang kaku yang membuat tingkat bunuh diri meningkat karena tekanan terhadap siswa yang mana sang pengajar bukannya mengeluarkan yang terbaik dalam diri tiap siswa tapi mempermalukan mereka yang dianggap tidak mampu.
Hati batu sang direktur sekolah pulalah yang menyebabkan anak laki satu2nya dalam keluarganya memutuskan untuk bunuh diri dan prinsip tangan besi tanpa toleransi yang diterapkannya membuat seorang siswa tingkat akhir yang gagal mendapatkan toleransi waktu dalam menyelesaikan tugas akhirnya, memilih untuk gantung diri karena merasa telah mengecewakan sang ayah yang berharap banyak padanya.
Sang direktur juga memberi tekanan pada Raju untuk mengeluarkan Rancho dari ICE. Raju yang tidak bisa memilih antara dirinya yang dikeluarkan dari sekolah dengan resiko bisa membuat meninggal ayahnya yang sedang sakit2an atau mengkhianati Rancho yang selama ini selalu baik padanya, akhirnya memutuskan untuk lompat keluar jendela dari ruangan direktur itu.
Beruntung nyawa Raju masih terselamatkan.
Rancho. Rancho. Rancho.
Yang sejak awal kehadirannya udah menimbulkan kehebohan karena menolak perploncoan dan balik mengerjai sang senior.
Rancho, yang membiarkan pikirannya mengembara di luar kotak yang selama ini ada. Membebaskan dirinya untuk ngga terpaku akan segala macam teori tanpa praktek dan malah langsung menerapkannya kapanpun dan di manapun.
Rancho, yang membantu Farhan untuk memberanikan diri mengatakan pada sang ayah bahwa hasratnya bukanlah di bidang machine tapi keinginannya adalah menjadi fotografer hewan liar.
Ada adegan yang menyentuh ketika Farhan mengungkapkan pada sang ayah bahwa ia ngga mau meneruskan pendidikannya yang udah memasuki tingkat akhir karena ia mendapat tawaran dari fotografer idolanya untuk menjadi asisten pribadinya.
Sang ayah marah2 karena apa yang akan orang katakan nanti! Farhan bilang dia ngga peduli apa kata orang, tapi dia butuh dukungan dari sang ayah.
Ayahnya bilang 5 tahun dari sekarang mungkin Farhan akan menyesali keputusannya karena teman2nya mempunyai rumah yang lebih besar dan mobil yang lebih bagus.
Farhan menjawab bahwa lebih baik dia mengutuki dirinya akan keputusannya itu daripada menghabiskan sisa hidupnya mengutuki sang ayah karena ngga mengijinkannya menjalankan hidup sesuai dengan keinginannya.
"Dad, 5 tahun lagi mungkin aku hanya bisa punya rumah yang kecil, mobil yang biasa aja, tapi setidaknya aku bahagia, bukankah itu yang lebih penting?"
Sang ayah hanya diam dan kemudian masuk ke kamar dan menatap laptop baru yang dibelikannya untuk sang anak sebagai hadiah atas interview kerja yang seharusnya dijalaninya pada hari itu.
Sang ayah berkata, "Lebih baik kita kembalikan laptop ini dan uangnya bisa digunakan untuk membeli kamera profesional, kalo uangnya masih kurang, kamu bilang aja nanti akan ayah tambahkan."
Dan mereka berdua berpelukan sambil bertangis2an.
Huaa.. adegan ini bikin terharu, huhuhu..
Berapa banyak orangtua yang memaksakan kehendaknya? Bahkan sejak anaknya baru pertama kali menghirup udara di dunia ini, jalan hidupnya udah dirancang sedemikian rupa oleh sang orangtua dan anak sama sekali ngga boleh membantah?
Hmm.. let's see, apalagi yaa?
Sementara, itu yang paling berkesan, mungkin nanti kalo gua tonton ulang akan gua tambahin lagi dhe, atau mungkin ngga, hahaha..
Kalo belon nonton, selamat menikmati film yang satu ini ;)
Topic ended : Jumat, 16 April 2010 (10:57 am)
-Indah-
the soul traveller
No comments:
Post a Comment