Gambar diambil dari :
http://www.etsy.com/view_listing.php?listing_id=30233664
Topic starter : Minggu, 12 Desember 2010 (11:44 am)
Topic continues : Senin, 13 Desember 2010 (11:16 pm)
Baiklaahh.. sepertinya gua harus mulai menuliskan hal ini sebelon keburu menguap padahal ini hal yang bagus, huehehehe..
It happened some Wednesday ago pas gua ikut KTM. Ini adalah cerita tentang seorang Opa yang duduk 2 baris di depan gua.
Ntah kenapa, kalo ngeliat old people itu ada semacam apa yaa.. kerinduan? Hmm.. ngga tepat juga dibilang kerinduan, tapi mungkin lebih ke arah keharuan kali yaa melihat mereka, terutama yang masih tetap mesra di usia senja mereka.
Ngeliat mereka, I couldn't help but wondering.. bisakah gua tetap bertahan keeping the faith until I'm that old?
Anywayy..
Awalnya biasa2 aja sih ngeliat si Oma ama si Opa ini sambil tiba waktunya nyanyi lagu puji2an yang temponya rada cepat and pake acara tepuk tangan.. naahh.. melihat si Opa dengan bersemangatnya bertepuk tangan, ntah kenapa hati gua terasa hangat..
And walau si Opa nyanyinya ngga sesuai nada and tepuk tangannya juga ngga sesuai irama.. tapi tetap aja melihatnya itu bikin gua ngerasa.. hmm.. gimana yaa?
Serasa kembali diingatkan bahwa memang begitulah seharusnya kita memuji Tuhan.. tanpa perlu memperhatikan orang2 di sekeliling kita yang mungkin akan menatap kita dengan aneh ketika suara kita sumbang and tepuk tangan aja ngga bisa mengikuti irama yang berlaku.
Karena seharusnya ketika kita menaikkan puji2an, fokus kita itu ya hanya kepada Tuhan aja and bukan kepada manusia yang ada di sekeliling kita.
Dan hal lainnya yang lumayan menonjol tentang si Opa ini sehubungan dengan irama tepuk tangannya yang beda sendiri.. mau ngga mau mengingatkan gua tentang.. follow your own rhythm!
Sesuatu yang sounds simple but oftentimes I found myself following others' rhythms yang akhirnya membuat gua kelelahan sendiri karena harus menyamakan langkah dengan mereka yang iramanya berbeda dengan irama gua.
Hebatnya si Opa tuh yaa.. walau hanya sendirian, tapi dia sama sekali ngga terpengaruh oleh irama orang2 di sekelilingnya dan bisa tetap bertahan dengan iramanya sendiri.
Naahh.. gua rasa itu yang harus gua contoh!
And I almost forgot about this valuable lesson sampai akhirnya ketika Rabu lalu masih di acara KTM, gua kembali melihat sosok si Opa and ingatan gua pun kembali terlempar ke beberapa Rabu sebelumnya.
Hmm.. ketika hal ini kembali datang berarti memang ada yang harus gua berikan perhatian khan?
Opaa.. terima kasih buat pelajarannya yaa.. and semoga bisa mengikuti jejak langkah Opa yang bisa konsisten melangkah dengan irama sendiri tanpa terpengaruh oleh irama orang2 lain yang ada di sekitar ;)
Topic ended : Senin, 13 Desember 2010 (11:32 pm)
-Indah-
Topic continues : Senin, 13 Desember 2010 (11:16 pm)
Baiklaahh.. sepertinya gua harus mulai menuliskan hal ini sebelon keburu menguap padahal ini hal yang bagus, huehehehe..
It happened some Wednesday ago pas gua ikut KTM. Ini adalah cerita tentang seorang Opa yang duduk 2 baris di depan gua.
Ntah kenapa, kalo ngeliat old people itu ada semacam apa yaa.. kerinduan? Hmm.. ngga tepat juga dibilang kerinduan, tapi mungkin lebih ke arah keharuan kali yaa melihat mereka, terutama yang masih tetap mesra di usia senja mereka.
Ngeliat mereka, I couldn't help but wondering.. bisakah gua tetap bertahan keeping the faith until I'm that old?
Anywayy..
Awalnya biasa2 aja sih ngeliat si Oma ama si Opa ini sambil tiba waktunya nyanyi lagu puji2an yang temponya rada cepat and pake acara tepuk tangan.. naahh.. melihat si Opa dengan bersemangatnya bertepuk tangan, ntah kenapa hati gua terasa hangat..
And walau si Opa nyanyinya ngga sesuai nada and tepuk tangannya juga ngga sesuai irama.. tapi tetap aja melihatnya itu bikin gua ngerasa.. hmm.. gimana yaa?
Serasa kembali diingatkan bahwa memang begitulah seharusnya kita memuji Tuhan.. tanpa perlu memperhatikan orang2 di sekeliling kita yang mungkin akan menatap kita dengan aneh ketika suara kita sumbang and tepuk tangan aja ngga bisa mengikuti irama yang berlaku.
Karena seharusnya ketika kita menaikkan puji2an, fokus kita itu ya hanya kepada Tuhan aja and bukan kepada manusia yang ada di sekeliling kita.
Dan hal lainnya yang lumayan menonjol tentang si Opa ini sehubungan dengan irama tepuk tangannya yang beda sendiri.. mau ngga mau mengingatkan gua tentang.. follow your own rhythm!
Sesuatu yang sounds simple but oftentimes I found myself following others' rhythms yang akhirnya membuat gua kelelahan sendiri karena harus menyamakan langkah dengan mereka yang iramanya berbeda dengan irama gua.
Hebatnya si Opa tuh yaa.. walau hanya sendirian, tapi dia sama sekali ngga terpengaruh oleh irama orang2 di sekelilingnya dan bisa tetap bertahan dengan iramanya sendiri.
Naahh.. gua rasa itu yang harus gua contoh!
And I almost forgot about this valuable lesson sampai akhirnya ketika Rabu lalu masih di acara KTM, gua kembali melihat sosok si Opa and ingatan gua pun kembali terlempar ke beberapa Rabu sebelumnya.
Hmm.. ketika hal ini kembali datang berarti memang ada yang harus gua berikan perhatian khan?
Opaa.. terima kasih buat pelajarannya yaa.. and semoga bisa mengikuti jejak langkah Opa yang bisa konsisten melangkah dengan irama sendiri tanpa terpengaruh oleh irama orang2 lain yang ada di sekitar ;)
Topic ended : Senin, 13 Desember 2010 (11:32 pm)
-Indah-
No comments:
Post a Comment